Sriyanti Ningsih; Perempuan Pengumpul Benih Pangan Lokal

Namanya Sriyanti Ningsih. Ia akrab disapa Sriyanti. Perempuan petani ini dikenal sangat aktif dalam mengikuti beragam kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo. Baginya, pendampingan Yakines telah memberikan banyak pengetahuan dalam hidup pribadi dan keluarganya. Salah satu hal yang telah membuka kembali memori atau kenangan masa lalunya adalah pendampingan untuk mengembangkan kembali berbagai jenis pangan lokal yang hampir punah. Ia mengungkapkan bahwa program yang dibawakan oleh Yakines ini telah membangkitkan semangat mereka untuk kembali mencari dan mengembangkan berbagai jenis pangan lokal. “Sejak awal kami diajak untuk tanam benih pangan lokal, kami sangat senang,” ungkapnya bangga.

Bermula dari Benih Sela

Didampingi oleh suaminya, Sriyanti menjelaskan bahwa ia sendiri sangat senang dan bangga ketika pertama kali diberikan bibit sela (sorgum).

“Saya senang ketika pertama kali diberi bibit sela. Waktu itu bibit sela hanya kurang lebih dua sendok makan. Dari situ saya dan suami putuskan untuk segera tanam. Kami sepakat untuk pakai satu kebun kami yang selama ini tidak pernah kami olah,” jelasnya.

Bersama-sama melakukan pemanenan tanaman sorgum (sela) yang sudah mereka tanam. Menurutnya, benih sela yang diberikan pada tahun 2021 silam itulah yang saat ini dipanen. “Sela yang kita panen ini benihnya yang saya terima tahun 2021 lalu,” jelas Sriyanti.

Dengan adanya benih sela ini, telah membuka kembali ingatan mereka pada berbagai jenis makanan lokal yang pernah mereka lihat dan makan pada masa kecil mereka. “Tanaman sela ini sebenarnya sudah ada pada saat kami kecil dahulu. Orang tua kami tanam dan itu jadi makanan pokok kami. Pada zaman orang tua kami dulu, tidak hanya tanaman sela saja yang mereka tanam. Ada banyak jenis tanaman lain yang mereka kembangkan, tetapi sejak beredarnya benih padi, berbagai jenis tanaman itu berangsur-angsur mulai menghilang,” kenang Sriyanti.

Benih sela yang sedikit itu telah membangkitkan semangatnya untuk kembali mencari dan mengembangkan benih-benih pangan lokal yang pernah ada pada masa kecilnya. Di kebun yang telah mereka abadikan untuk tanaman sela, mereka berhasil panen. Kegiatan panen tanaman sela itu dilakukan bersama pendamping lapangan.

Titus Anggar dan koordinator program Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo, Ferdinandus M. Manu, turut hadir dalam pemanenan tersebut. Pada kesempatan itu, Ferdinandus M. Manu mengungkapkan bahwa tanaman sela tersebut sudah baik. “Tanaman ini sudah sangat baik. Harapannya musim tanam berikut, kebun ini sudah dipenuhi dengan tanaman sela,” ungkapnya.

Menjadi Petani Pengumpul Berbagai Jenis Pangan Lokal

Usai melakukan pemanenan bersama tanaman sela, Sriyanti, yang masih didampingi sang suami, menjelaskan bahwa ada beberapa jenis benih pangan lokal yang berhasil mereka kumpulkan. Setelah ditunjukkan, terdapat tujuh belas jenis benih pangan lokal yang berhasil mereka kumpulkan. Benih pangan lokal yang berhasil mereka kumpulkan di antaranya adalah beberapa jenis kacang panjang, longa putih, sela putih dan merah, lusa, berbagai jenis tanaman terung, mentimun lokal, padi lokal woja laka, dan lain-lain. “Ini kami kumpulkan untuk jadi benih,” ungkap Sriyanti.

gambar: Sejumlah jenis benih yang berhasil dikumpulkan oleh Sriyanti Ningsih dan suaminya (sumber: Yakines)

Melihat beragam jenis tanaman pangan lokal yang berhasil dikumpulkan oleh Sriyanti, koordinator program Yakines, Ferdinandus M. Manu, mengungkapkan bahwa ciri khas dari keluarga petani yang sejahtera adalah petani yang mampu menyimpan benih.

“Ini adalah pertanda bahwa keluarga ini adalah keluarga petani yang sejahtera. Keluarga petani yang mampu menyimpan benih. Indikasi ini menunjukkan bahwa keluarga Ibu Sriyanti tidak akan mengalami kesulitan benih pada musim tanam berikutnya. Mereka tidak akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan benih. Mereka tidak perlu membeli benih lagi,” jelasnya.

Di sisi lain, Ferdi Manu mengharapkan agar ketujuh belas benih makanan lokal khas Manggarai itu dapat disimpan dengan baik. “Harapannya supaya benih-benih tanaman pangan lokal ini dapat disimpan di dalam wadah berupa teru dan tatap. Hal ini untuk dapat menjamin kelangsungan kualitas benih yang disimpan tersebut,” harap Ferdi, menutup kunjungan dalam rangka ikut memanen tanaman sela merah milik keluarga Sriyanti.***

Categories:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *