Rawat Budaya Lewat Rasa, Konsorsium Pangan Bernas Hadirkan Kelas Gastronomi Lokal di Festival Golo Koe 2025

Labuan Bajo, – Konsorsium Pangan Bernas gelar kegiatan eksplorasi gastronomi sebagai bagian dari Side Event dalam memeriahkan Festival Golo Koe 2025 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (13/07/2025).

Mengusung tema “Merawat Budaya, Menguatkan Pangan Berkelanjutan”, Koalisi Pangan Bernas yang terdiri dari Yayasan KEHATI, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Yayasan Komodo Indonesia Lestari( YAKINES) dengan dukungan Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial melalui program Urban Futures (UF) di Manggarai Barat, berharap orang muda ikut berpartisipasi aktif dalam mendorong kuatnya Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif.

Oleh karenanya side event ini hadir sebagai ruang bagi orang muda untuk menggali kembali nilai-nilai budaya lokal, memperkuat solidaritas antar komunitas, sekaligus mendorong kesadaran akan pentingnya sistem pangan berkelanjutan.

Baca: Ramaikan Karnaval Budaya di Festival Golo Koe 2025, Orang Muda Promosikan Pangan Lokal Manggarai Barat 

Salah satu kegiatan dari side event ini adalah kelas gastronomi lokal yang diselenggarakan pada tanggal 13 Agustus 2025 dengan mengambil tempat di rumah makan Senja Eatery, Labuan Bajo dengan menghadirkan Meilati Murniani dari Yayasan Nusagastronomi sebagai pembicara utama,

(Doc. memasak dengan kearifan lokal)

Akhmad Zainal Mubarak, staff Yayasan Kehati sekaligus program manager UF , dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan tujuan “memperkuat kesadaran dan keterlibatan orang muda” sekaligus “menghidupkan kembali budaya lokal melalui cerita, rasa, dan aksi nyata”.

“Pada kegiatan ini kita ingin mengajak anak muda memahami bahwa makanan bukan hanya sekadar untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya. Harapannya, kita semua terus memiliki rasa ingin tahu terhadap makanan dan cerita di baliknya” Ugkap Zainal.

Foto: Akhmad Zainal Mubarak, program manager Urban Futures saat menyampaikan sambutanya. (Doc: Pangan Bernas)

Meilati Murniani, narasumber kegiatan, mengatakan bahwa makanan adalah pintu masuk untuk “menyentuh hati setiap orang”. Menurutnya, Gastronomi berbeda dengan kuliner, tidak hanya berbicara soal memasak dan menyajikan, tetapi juga mencakup nilai budaya, sejarah, serta filosofi yang terkandung dalam makanan lokal.

Di Indonesia, sektor kuliner menyumbang 42% dari total ekonomi kreatif, sementara di banyak negara maju, wisata gastronomi mampu menyumbang 20-30% dari pendapatan pariwisata.

Baca: Konsorsium Pangan Bernas Ajak Orang Muda Bersih Sampah dan Tanam Mangrove untuk Dorong Aksi Nyata Jaga Lingkungan

“Indonesia memiliki potensi gastronomi yang sangat kaya. Jika diolah dengan baik, gastronomi dapat menjadi daya tarik wisata sekaligus pendorong ekonomi lokal yang lebih berkelanjutan,” jelas Meilati.

Foto: Meilati Murniani dari Yayasan Nusagastronomi Saat Menyampaikan Materi dalam Kelas Gastronomi Lokal. (Doc: Pangan Bernas)

Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari orang muda dampingan Pangan Bernas, mahasiswa Politeknik eL Bajo Commodus dan komunitas orang muda lainnya. Para peserta terlibat dalam diskusi, praktik langsung memasak resep tradisional dan membuat narasi pangan berisi cerita budaya untuk desa masing-masing.

Melalui Agenda tersebut, generasi muda diajak untuk tidak hanya menikmati makanan, tetapi juga memahami, mencintai, dan melestarikan akar sosial-budaya tempat mereka berpijak.

Theresia A. Kartika Sari alias Ketty orang muda Wae Lolos mengungkapkan kegiatan ini sangat berharga baginya karena membawa kesadaran baru bahwa makanan tradisional itu bukan sekadar resep lama, tapi punya cerita dan nilai budaya yang kuat. Ada kebanggaan dan memperkuat kesadaran tentang pentingnya menjaga pangan lokal.

Foto: Rangkaian Kegiatan Kegiatan Kelas Gastronomi Lokal yang Dikuti Oleh Para Peserta. (Doc: Pangan Bernas)

“Kegiatan ini membuka mata saya bahwa menjaga pangan lokal berarti juga menjaga identitas kita. Ternyata proses sederhana seperti menumbuk bumbu dengan cara tradisional bisa jadi daya tarik wisata” ujar Ketty.

Baginua side event side event ini, Festival Golo Koe 2025 “tidak hanya menjadi ruang perayaan budaya”, tetapi juga momentum pembelajaran lintas generasi untuk memperkuat ketahanan pangan lokal.

“kami ingin dengan menguatnya pemahaman gastronomi pada orang muda akan tumbuh jembatan solidaritas, identitas budaya, dan jalan menuju kuatnya sistem pangan di Labuan Bajo” Ungkap Zainal.

Informasi lebih lanjut, hubungi : 

Konsorsium Pangan Bernas (Email: panganbernas@gmail.com | WA: 085161803835)

****

Tentang Kami:

Konsorsium Pangan Bernas

Konsorsium Pangan Bernas adalah jaringan organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada penguatan sistem pangan adil dan berkelanjutan yang terdiri dari Yayasan Kehati, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) dan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines). Pada program Urban Futures, Yayasan KEHATI akan berperan dalam membangun keterlibatan dan engagement pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan nasional serta membuat rekomendasi kebijakan di tingkat nasional. Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) akan berperan dalam peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan di tingkat masyarakat dan kota serta engagement pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan nasional. Sedangkan, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES) akan berperan dalam implementasi kegiatan di tingkat komunitas-desa, pelibatan pemangku kepentingan di tingkat komunitas-desa-kota, dan pendampingan masyarakat.

Program Urban Futures

Urban Futures (UF) adalah program global berdurasi 5 tahun (2023–2027) yang memadukan sistem pangan perkotaan, kesejahteraan orang muda, dan aksi iklim. Program ini dikelola oleh Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Urban Futures beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare). Kota-kota perantara ini memiliki ukuran yang bervariasi namun memiliki kesamaan, yaitu berkembang dengan pesat, menghubungkan wilayah metropolitan dan pedesaan atau kelompok kota yang berbeda di dalam suatu sistem perkotaan, dan mengelola arus orang, barang, modal, informasi, dan pengetahuan. Masing-masing kota ini memiliki tantangan dan peluang yang berbeda. 

Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) – humanis.foundation

Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), berafiliasi dengan Hivos, adalah organisasi pembangunan yang berbasis di Jakarta dan bekerja meliputi wilayah Asia Tenggara. Humanis bekerja dengan kelompok marginal dan masyarakat paling terdampak untuk memastikan setiap orang mendapatkan hak-hak dasarnya, membuat perubahan, dan memengaruhi kebijakan. Seperti namanya, Humanis mencita-citakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan di Asia Tenggara, di mana setiap individu terlindungi haknya dan saling menghormati perbedaan. Untuk mencapai ini, Humanis bekerja melalui tiga impact areas, yakni: Gender Equality, Diversity, dan Inclusion (GEDI), Civic Rights in Digital Age (CRIDA), dan Climate Justice.

Categories:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *